Friday 29 March 2024

[delapan puluh tiga] cerita yunik from yuke (re: Belfast)

It's not only a city anymore; it's a home.

Hola everybodyy, ingin rasanya menertawai diri sendiri kalau lihat draft ini hahahaa

Udah lulus kuliah dari tahun 2021 akhir, tapi baru sekarang dipublish wkwkkw 

Sebenarnya ini pengen cerita-cerita aja sih, sekaligus menyimpan memori-memori yang ada selama kuliah di Belfast. Sedikit cerita bahwa waktu mau lanjut kuliah S2, specifically maunya bukan di Indonesia (ngayal aja dulu waktu itu), for some reason, I once said to myself, kalau misalnya tidak bisa kuliah di luar, berarti no S2 for me, langsung cari kerja saja. Waktu cari sekolah pun, entah kenapa carinya yang jauh sekali wkwkwk pengennya memang di Inggris dan sekitarnya atau kalau Asia minimal Jepang atau Korea yang di sono-sono lah. Waktu itu berpikirnya bahwa karena ini mungkin akan jadi sekali seumur hidup, just aim for the highest and the furthest yang possible. Jadi memang cari sejauh mungkin supaya ga gampang pulang, takutnya kalau dekat mau pulang mulu dan semakin jauh akan ada gap yang besar dari segi bahasa dan budaya, sehingga peluang belajar dan pengalamannya jadi lebih besar. Dan syukurnya, dikasih kesempatan buat S2 di Belfast yang sebelum ke sana juga belum pernah dengar nama kota itu. Sebelum mau sekolah ke sana, mana tau kalau UK itu isinya 4 negara hahaha (geografi saya jelek). Pengetahuannya itu nol besar tentang Belfast. Thanks to one of my lecturers yang sudah memperkenalkan Belfast :)

Oke, singkat cerita berangkatlah ke sana dan sekolah selama 2 tahun 6 bulan kurang lebih. Pengalamannya pasti banyak sekali, hidup di negara orang, tapi luar biasa sih maksudnya pengalaman hidup yang belum tentu semua orang diberi kesempatan, jadi sangat sangat bersyukur bisa punya sepenggal cerita itu di dalam kehidupan ini.

Jadi, inilah yang mau saya share terkait beberapa kejadian atau fenomena-fenomena unik selama di Belfast yang cukup beda kayaknya dengan yang ada di Indonesia atau Makassar, let's see

1. Tidak memanggil Prof/Pak/Bu

Nah, yang pertama ini, sudah terasa waktu pertama kali apply, jadi meng-email ke supervisornya, kebetulan supervisornya masih Doctor (belum Professor), jadi sapaannya Dr. XXX, nah terus beliau nya balas bilang panggil nama aja ga usah pakai Doctor2 gitu wkwkwk dan benar sampai di sana orang pada panggil nama euy, meskipun Prof gitu. Cuma, ga tau mungkin culture tiap kampus atau tiap negara/kota atau tiap individu beda-beda ya, bisa jadi tidak semua daerah di UK seperti ini. Cukup amaze dengan ini karena jadi keliatan humblenya Bapak/Ibu dosen di sana, dan jabatan jadinya tidak sebegitunya, meskipun jabatan resmi tetap digunakan pada forum resmi, tapi kalau sehari-hari ya sangat ringan dan seperti teman aja gituu. Nah, ini juga sebenarnya berlaku tidak cuma pada dosen ya, tapi memang di sana itu dak ada panggil kakak2 seperti di sini hahaha jadi sesama mahasiswa, meskipun ada yang lebih tua gitu, tetap panggil nama. Seperti yang kita biasa liat di film-film culturenya memang seperti itu ya wkwkwk

2. Dibukakan/ditahankan pintu

Apami bahasanya ini wkwkwk jadi salah satu culture di sana yang cukup unik itu, kalau kita sedang buka pintu terus di belakang kita ada orang, "adat kesopanan"nya itu kita menahan pintu untuk orang di belakang kita agar bisa masuk, atau kalau pas kita buka pintu trus dari jarak yang tidak terlalu jauh kita liat ada orang juga yang mau masuk, nah itu biasanya kita menahan pintu itu. Pas pulang ke sini jadi lumayan kebawa sih, jadi menahan pintu untuk orang yang di belakang kita.

3.  Lampu kamar mandi dan keran wastafel

Nah, ini cukup unik ternyata dan saya baru tau pas pulang ke sini trus liat di ig apa reels gitu ya kalau ternyata ini memang tidak terjadi di semua negara barat. Lampu kamar mandinya orang di sana itu khususnya di rumah ya, kalau di kantor-kantor kayaknya tidak, saklarnya itu ditarik wkwkwkw kayak lampu-lampu jadul, jadi pas masuk kamar mandi ada tali yang merupakan saklar. Lucu juga ini diliatnya, tapi kayak khusus di kamar mandi saja, kalau lampu kamar ya saklar kayak biasa. Terus juga, kayaknya karena di situ kan empat musim, jadi ada keran air panas dan keran air dingin, tapi uniknya itu bukan dalam 1 keran seperti yang biasa kita punya di Indonesia. Jadi kerannya terpisah, keran biru mengeluarkan air dingin, keran merah mengeluarkan air panas. Jadi kadang-kadang bingung, kalau buka keran biru, kedinginan, buka keran merah, kepanasan WKKWKWW

4. Tidak ada bidet

Salah satu kultur syok terbesar hahaha kamar mandi nya ndak ada bidet sodara-sodara. Solusinya? Sedia gayung wkwwkw, jadi di toilet di sana itu umumnya hampir semua ada wastafel nya di dalam toilet, jadi itulah gunanya gayung untuk menampung air dari keran hehehhee

5. Kartu ucapan

Salah satu juga yang khas itu penggunaan kartu ucapan yang lebih umum daripada di Indonesia sini. Jadi, kalau kita ke supermarket begitu pasti ada kartu ucapan yang dijual dengan berbagai pilihan. Ada juga toko yang khusus menjual kartu ucapan. Jadi, di sana opsi kartu ucapannya jauh lebih banyak daripada di sini. Dan, di sana kartu ucapan itu kayak umum dipakai untuk mendampingi kado yang akan kita berikan ke orang. Meskipun misalnya kadonya ndak seberapa tapi karena ada kartu ucapannya jadi berasa spesyel begitu.

6. Perayaan bayar sendiri

Apa maknanya ini? Wkwkwkw kalau ini, mungkin ndak semua ya, cuma ini pernah saya alami sewaktu di sana. Kalau di Indonesia kan budaya kita itu mentraktir ya kalau ada hajatan gitu, entah ulang tahun atau wisudaan atau apalah gitu. Nah, kalau di sana tuh budayanya kayaknya ngumpul-ngumpul aja tapi ga nraktir. Jadi kita kumpul-kumpul makan bareng merayakan sesuatu tapi nanti bayar sendiri ya makanannya wkkwkw Not saying good or bad ya, cuma unik aja, jadi pas agak kaget juga oh bayar sendiri, okay hahahaha tapi unik sih, dan jadinya tidak memberatkan satu pihak, dan ada willingness dari teman-teman yang mau hadir untuk merayakan meskipun bayar sendiri jadi kayak iklas ji bayar yang penting kumpul.

7. Jalan kaki dan nuansa Natal

Ini sih lumayan signifikan ya bedanya dengan di Indonesia. Jadi, karena di sana tidak punya kendaraan sendiri jadi lebih sering nya itu jalan kaki ke mana-mana. Bisa naik bus sih atau kereta atau taksi, tapi kalau bus itu ada jam nya dan kadang-kadang kita buru2 jadi agak malas, mending jalan kaki saja karena waktunya sama dengan nunggu bus. Trus, kalau kereta itu tidak bisa untuk jarak dekat, nah kalau taksi lebih ke mahal hahahaa (dompet mahasiswa kasian) jadi hanya kadang-kadang kalau jauh, urgent dan mau cepat. Umum lah ya kita semua sudah tau kalau di negara barat itu orang umumnya jalan kaki dan pedestriannya juga sangat memadai jadi aman, terus karena orang lokal pun umumnya jalan kaki jadi polusi lebih sedikit dan jarang sekali ada macet. Lumayan kalau pas lagi jalan-jalan bisa dapat lebih dari 10ribu langkah. Nah trus untuk nuansa Natal di sana sangat ramaii, mungkin mirip kalau kita mau Lebaran di Indonesia kali ya. Rumah-rumahnya orang dihiasi lampu-lampu dan hiasan Natal, jadi dulu tuh paling suka kalau pulang malam-malam dari kampus, sambil di jalan liat rumah-rumah orang cantik sekali hiasannya wkwkwk oh sama ada juga Christmas Market macam pasar malam yang jualan makanan khusus hari Natal. Oh satu lagi, pas hari Natal itu kan libur ya jadi semua toko tutup, pernah sekali pas Natal jalan-jalan ke city center itu sepinya luar biasa toko pada tutup, kayak Jakarta pas lebaran hahahaa tapi enak sih suka suasananya sepi jadi bisa menikmati saja begitu.

8. Pengunjung tempat meditasi

Nah, ini last one, ini lebih ke amaze aja sih untuk pengalaman yang ini. Jadi karena di Belfast itu kayaknya belum ada Vihara seperti di Indonesia sini, adanya tuh namanya Buddhist Center tempat meditasi gitu, ada juga ibadahnya tapi bukan hari Minggu, malah hari Minggu itu adanya meditasi. Lokasinya lumayanlah jalan kaki 20 menit dari tempatku waktu itu. Jadi pas pertama datang tuh agak kaget juga wah rame juga ya ternyata, trus pengunjungnya itu macam-macam tapi mayoritas orang-orang tua begitu sih, dan ada yang bertato gitu tapi ikut meditasi. Not judging tapi pemandangan ini hampir tidak pernah kita liat di Indonesia. Yang lebih unik lagi, orang itu ternyata sudah pernah pergi sampai ke Thailand dan negara-negara Buddhis lainnya buat meditasi. (Gokil). Jadinya kayak oh betul-betul ga bisa nilai orang dari penampilan. Dan di sana orang sangat welcome dengan siapapun yang datang ke Buddhist Center itu. So, sangat menarik lah, jadinya saya sempat ke sana beberapa kali sebelum covid tapi setelah itu kayaknya hampir tidak pernah lagi. 

Yah kira-kira begitulah ocehan saya hari ini yang mungkin bahasanya campur-campur dan kurang jelas tapi saya malas baca ulang haahahhaa

But, it was really one of the best experiences in my life, no regret, very grateful.

Semoga one day bisa ke sana lagi.

Begitu aja hiburan kali ini, semoga teman-teman juga bisa berkunjung ke belahan dunia yang lain untuk melihat betapa luas dan anekaragamnya dunia ini.

All the best, see you at [delapan puluh empat]

Cheers,

Em 🙆

Sunday 3 March 2024

[delapan puluh dua] Terima kasih Ibu Kartini!

Hi semuanya, long time no see

Time flies ternyata sudah 2024 dan belum ngepost wkwkkwk bakal sikit kyknya postingan taun ini, mari kita usahakan saja yang sebaek-baeknya HAHAHA

Selamat tahun baru (dah telat 3 bulan) hahaa *monmaap

Oke lanjut, jadi bulan Februari lalu menjadi bulan demokrasi untuk rakyat Indonesia dimana kita sama-sama ke TPS untuk memilih pemimpin negara pilihan kita. So, hari ini hanya mau sedikit cerita pengalaman ketika di TPS.

Jadi, karena pemilihannya agak terlambat dimulai, jadi ketika saya datang sesuai jadwal di undangan, panitia masih bersiap-siap mengatur TPS dan kertas suara dan teknis lainnya. Jadi, menunggulah saya, duduk di kursi. Tidak lama, datanglah juga warga-warga lainnya (re: bapak-bapak) yang mengira sudah bisa memilih, padahal belum. Jadilah mereka juga menunggu, duduk di kursi yang berjejeran dengan saya. Mungkin karena menunggu, merokoklah bapak-bapak itu, duduk di kursi itu. Pada saat itulah, saya berpikir dan menyadari betapa pentingnya pendidikan.

Sebagai orang yang berpendidikan baik (dan sebagaimana seharusnya pendidikan itu berperan dalam kehidupan), tentu harusnya tidak merokok di tempat yang ada banyak orang di sana. Memang bukan ruang tertutup dan ber-AC, tapi di dalam tenda kan semi-tertutup. Pada saat itu juga saya sadar kalau sudah lama saya tidak menghirup asap rokok, karena pada saat itu benar-benar terganggu,agak-agak sesek gimana gitu sampe akhirnya keluar dari tenda TPS hahaaa. 

Anyway, bukan tentang saya terkena asap rokoknya, tapi lebih ke wahh kalau orang berpendidikan harusnya peduli lah sama orang sekitarnya karena (seharusnya) pendidikan itu penting untuk membangun awareness, peduli dengan lingkungan sekitar, peduli pada orang lain atas apa yang kita lakukan. Tapi sayangnya, masih ada banyak orang yang kurang begitu peduli, hmmmm. Merokok di tengah-tengah orang mungkin hal kecil, tapi kalau hal kecil saja sudah nda peduli, agak susah ndak sih jadinya untuk hal-hal lainnya lagi.

Memang, mungkin bukan hanya pendidikan yang berperan di situ, tapi kayaknya pendidikan itu bare minimum (?) kayak ndada sekolahnya kapang ini orang merokok di sampingnya orang lain yang nda merokokk hmhmhmm wkwkkw mengesalkan tapi yasudahlah hahaaaa (agak esmosi jadinya wkwkw)

Intinya adalah terima kasih sama Ibu Kartini, sama pejuang-pejuang pendidikan bukan hanya untuk perempuan tapi semua orang yang memperjuangkan pendidikan (disclaimer: judul hanya clickbait wkkwwk itu yang kepikiran pertama kali). Semoga kita semua yang berpendidikan tidak apatis sama sekitar apa lagi yang berkaitan dengan orang lain, tidak merugikan orang lain gegara perbuatan kita.

Demikian kiranya cerita yang bukan hari ini tapi diposting hari ini. Meskipun sederhana, tapi cerita ini cukup memorable, karena waktu mengalami rasanya kayak pengen kutulis pengalaman ini hahahaa

(kyknya mesti sering-sering meluangkan waktu lagi untuk menulis :))

Sampai ketemu di [delapan puluh tiga]

Cheers,

Em 🙆

Tuesday 26 December 2023

[delapan puluh satu] selamat hari mamak

Hai mamaa...

You know what, I kinda miss you

At this point, and I know this has already happened many, many times, I realize that I have lots of questions that should be asked to you, but I know it will not happen. And I also know, just like those previous feelings, this feeling that I feel at the moment, will fade away, too. It will go and it will feel like it never happens, but, again, it will happen at any point in the future.

But, don't you worry, I have my people here, I believe and I think they will have the answer, the right answer, as those you would have if you were here.

Selamat hari mamak ya makk. As I remember, I never say this to you because you know we are not raised to romanticize things, we are raised to be tough, and we are now. But, maybe if you lived a little bit longer, we may have started to learn to romanticize things wkwkkww who knows hhehee

I wish you have a good life there. It's been quite a long journey until today. It's not perfect but all good and you don't need to worry.  

I will always have a lot of questions and I really want to ask you those questions, really want to have a discussion with you, or kind of girls day out? hahahaa

Yeaa, no worries, I am doing good here. 

Besides, I believe I will always have the answer to all those questions, because I have you in me *eak wkwkwk I'm sure, no doubt :)

That's all. Hope you are in good condition now, and please, be happy for all the good deeds we do here. 

Much love for your little munchies wkwkk 💗

See ya at [delapan puluh dua]

Cheers,

Em🙆



[delapan puluh] don't burn the bridge

Hi semuaa, sungguh sangat lama tak jumpaa, setelah sekian bulan baru bisa nulis dan ngepost lagii huhuuu

So, no quote for today yaa hahahahaa lagi malas nyarinyaaa, anywayy, cerita ini juga mungkin ga butuh quote, karena dari judulnya saja sudah quote penting hahahhaa

So, untuk kali ini just want to share an experience of what happened lately

It's just me having a new routine (?), jadi kayak butuh waktu penyesuaian, yang juga membuat saya tidak nulis huehehehe *alesaaaaann

Di setiap posisi pekerjaan, hampir selalu (beberapa mungkin tidak) kita menggantikan posisi orang lain. It happened to me, too. I call it, a substitute. Tentu di setiap posisi, baik baru ataupun menggantikan, ada challenge tersendiri, bukan?

For me, personally, on one side, it's an honor, but on the other side, kinda burden, too (?) wkwkwk 

Ada dua hal yang mungkin kita lakukan dan mungkin terjadi. Pertama, terlalu takut di awal tapi ternyata kenyataannya tidak semenakutkan itu. Yang kedua, tidak terlalu takut di awal tapi ternyata kenyataannya lebih menakutkan dari itu. 

The thing is, I am the second one hahahhaha awalnya kayak hmmm sepertinya aman nih, pas udah cemplung, wow ternyata butuh effort lebih saudara-saudara. But, don't worry, it's not that bad, hanya kaget sedikit saja dan berusaha bisa menyeimbangkan diri hahahaa

Tapi, uniknya, saya jadi terpikir bahwa, orang yang ada di posisi ini sebelum ini, benar-benar tidak sembarangan. Memang betul bahwa, kita tidak akan pernah tau rasanya, sebelum merasakan sendiri. Dulu hanya melihat dari sisi orang luar saja sudah amaze, pas liat aslinya lebih lagii hahhaaa

Kemudian juga, namanya juga menggantikan, tentu berusaha menjadi minimal sama lah kualitas nya sebaik yang sebelumnya. Tapi setelah dipikir-pikir, menjadi sama itu tidak mungkin, karena orangnya aja beda. Yang mungkin adalah tetap punya style sendiri tapi bisa mencapai hal yang sama. Kira-kira begitu (?)

Nah, kalau ngomongin dua pilihan tadi, sebenarnya tidak ada yang benar juga sih. Rasa takut itu perlu, tapi takut yang berlebih sepertinya tidak perlu. We just need a right amount to keep us awake. Jadi, rasa takut yang cukup yang membuat kita tidak lengah dan tetap berusaha on track. Kekagetan di awal ketika kenyataannya ternyata lebih sulit lumayan bikin engap kwkwkw tapi belajar sih. Coba lihat apa sih sebenarnya yang ada di depan ini. Sampai sekarang masih pelan-pelan menganalisa lebih jauh. Semoga baik-baik saja semuanya.

Gitu aja sih ceritanya hahahaaa

Anyway, quote di atas itu dari pendahulu saya, I owe her a lot and thank her a lot juga. 

Don't burn the bridge means whatever happened jangan runtuhkan apa yang sudah dibangun.

Itu ajalah ya ceritanya, nanti coba dikulik dari sisi lain lagi. Masih mau coba belajar lagi liat-liat apa yang ada di depan ini hahahaaa

Wish me luck!

Selamat natal juga! Tuhan berkati selalu

I'll see you at [delapan puluh satu]

Cheers,

Em🙆


Thursday 14 September 2023

[tujuh puluh sembilan] too much fear, too much I, me, myself

Once one said to the Teacher "I want happiness" and the Teacher answered "Firstly, remove 'want' and then remove 'I', and all you got is 'happiness'."

This post will be one personal advice for myself, as quite lot of things happened lately, so yaaa

Being a thinker may be good, but think too much might not be so good (obviously bring no good at all). It was the thinking too much that I mostly do lately, which unconsciously (but realizing after that) uplift the I in me, the ego, the more familiar word.    

Before or after doing one thing, or, before or after saying one thing, and then makes me think 'what people will think about this, about me', 'did I just make a mess because of what I did or what I said?', 'people will notice me because of this (both good and bad ways)', 'why did I think this way?', 'is it real or do I have hidden agenda?' and some other things similar to these. Further, these thoughts might be appear to justify or to clarify or to confirm, sometimes just can't differentiate. Just bingung sometimes.

It might be some forms of over worried or fear? Afraid of me thinking this or that, afraid of people thinking this or that, and another one is afraid if what I do is not a sincere one, like for real? or just to feed the me inside. Have no idea, but one thing that I know, I notice more 'me' in that way of thinking, which is a little bit disturbing. So, maybe it was not only fear or worry, it is most likely because too much I, me, or myself in that thoughts. 

Still trying to figure out wkwkwk ya sudah, you are not (I am not) the center of the world, maybe that's it. 

It's okay. It's okay.

See you at [delapan puluh] then,

Cheers,

Em 🙆


Wednesday 23 August 2023

[tujuh puluh delapan] focus on the essentials

when a measurement becomes a goal, it ceases to become a good measurement

diambil dari buku Mulai Mengerti (Edward Suhadi)

Hello everyone,

So I think I really need to write this because this is sooooo relatable. Jadi, buku di atas itu adalah salah satu buku yang baguuus sekali, one of my favorites! Dan quote di atas itu adalah quote favorit dalam buku itu. Sangat dekat sekali, dengan mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi, langsung saja, karena saya bingung mau pembukaan bagaimana wkwkwk

Dari quote itu, jelas sekali dikatakan bahwa ketika suatu ukuran dijadikan tujuan, maka ia bukan lagi suatu ukuran yang baik. Contoh orang sukses salah satu tandanya adalah punya uang yang banyak. Nah, uang yang banyak ini adalah salah satu ukuran, tapi ketika ia dijadikan satu-satunya tujuan, melakukan apa saja asal mendapatkan uang yang banyak, maka itu jadi keliru. Sama juga, orang sehat salah satu tandanya adalah punya berat badan ideal. Tapi, ketika berat badan dijadikan satu-satunya tujuan, hanya mau kurus saja, terus melakukan apapun, maka jadi keliru juga, bisa jatuh sakit.

So, it is really not about the parameters, it is always about the goal, so focus on the essentials. Fokus di intinya, di tujuannya, fokus pada hal yang mendasar itu. Fokus mencapai tujuan bukan hanya sekedar mencapai angka-angka yang ada dalam parameter-parameter itu. Karena jika angka-angka itu menjadi tujuan, maka semua cara bisa dilakukan, termasuk cara-cara yang buruk, yang pada akhirnya semakin menjauhkan dari tujuan yang sesungguhnya.

Mirip-mirip juga halnya kalau kita berbicara dengan orang lain, atau menyampaikan sesuatu. Tangkaplah atau sampaikanlah maksud dari apa yang disampaikan. Kadang-kadang pertanyaan yang dilontarkan bisa memberikan banyak kemungkinan interpretasi tujuan. Karena, satu tujuan bisa disampaikan dengan banyak jenis pertanyaan. Jadi, penting agar tujuan itu tersampaikan.

Wkwkwkwk ngomong opo iki

Ya pokoknya begitulah, tidak hanya contoh di atas, tapi semua aspek kehidupan juga. Kalau dalam hidup ini, pasti ada yang esensial dan non esensial, fokus lah pada hal yang penting, yang esensial, karena agak sia-sia rasanya menghabiskan waktu pada hal-hal yang kurang penting, membuang-buang tenaga.

So, harus pintar memilah-milah, bijak melihat yang mendasar, esensial, penting. 

Terlepas dari apapun itu yang saya tulis di sini, that very first sentence really hits me hard wkwkwk 

Ngeblank euy mau ngomong apa, tapi kayaknya itu sih intinya fokus pada hal esensial, it makes your life happier dan worth, gitu ajalah yaa hahahaha

Sampai ketemu di [tujuh puluh sembilan]

Cheers,

Em🙆


Thursday 3 August 2023

[tujuh puluh tujuh] menyebalkan

saat kita jengkel dengan orang lain, bukan tidak mungkin, pada saat yang sama, orang itu juga jengkel dengan dirinya sendiri

Hello again hehee

Sudah biasa ya, draft dibuat duluan tapi dipost belakangan, termasuk yang satu ini hehee

Jadi, kalau diamat-amati kayaknya memang ada periode di mana manusia-manusia di Bumi cenderung menjadi lebih sensitif dan senggol bacok. Contohnya mungkin (kalau pengalaman pribadi saya) di pertengahan tahun. Entah apa alasannya, mungkin karena cuaca semakin panas, atau mungkin, karena kaget tau-tau sudah lewat 7 bulan di tahun 2023 ini, atau mungkin juga, karena pekerjaan, atau teman, keluarga atau masalah pribadi lainnya. Hanya orangnya sendiri yang tau hahahaa

Tapi, ada yang menarik ketika saya sedang di periode waktu yang sangat sensitif tersebut, saya sempat berpikir dua hal, yang pertama yang muncul di kalimat paling pertama di postingan ini. Dan yang kedua, adalah pemikiran bahwa sangat memungkinkan, hampir niscaya, apa yang kita rasakan, juga adalah apa yang orang lain rasakan.

Apakah dengan 2 pemikiran itu saya menjadi tidak sensitif dan jengkelnya langsung hilang? Tentu, tidak. Tetap saja kesal, jengkel, syedi, mixed feeling. Tidak berubah, nama nya juga perasaan, tidak bisa diatur hehee

Tapi, dengan berpikir demikian, mungkin, menurut saya kita bisa menjadi lebih objektif dan tidak buta menanggapi apa yang dirasakan.

Pada pemikiran pertama tadi, saat kita jengkel dengan orang lain, maka mungkin di saat yang sama, orang itu juga jengkel dengan dirinya sendiri. Disclaimer, ini asumsi saya kwkkww. Karena saya cukup sering berpikir seperti ini. Setelah saya mengatakan atau melakukan sesuatu, baru saya berpikir dan sadar wah kayaknya tadi saya menjengkelkan yaa. Tapi, mungkin saat saya melakukan itu, saya tidak kepikiran atau tidak kebayang bahwa itu akan semenjengkelkan itu. Atau pada saat itu, memang kondisinya membuat saya melakukan hal tersebut, hal yang menjengkelkan. Kadang-kadang demikian kan ya. Nah, kalau memang demikian yang terjadi, berarti orang yang menjengkelkan itu sebenarnya tidak berniat untuk menjadi menjengkelkan, you got my point? iya nda sih wkwkwk karena dia pun jengkel dengan dirinya sendiri hahaaaa. Jadi kita bukanlah objek sasaran yang ingin dengan sengaja dibuat marah/kesal/jengkel. Akibatnya, ya sudah, kita cukup berkutat dengan perasaan jengkel kita saja tanpa perlu merembet kemana-mana, cukup jengkel dengan kejadian yang terjadi, dan tidak berlanjut mengasosiasikan ke personal orang tersebut ataupun hal-hal lain yang sebenarnya tidak berkaitan.

Kemudian, pemikiran kedua juga sama sih intinya, sangat memungkinkan apa yang kita rasakan, juga adalah apa yang orang lain rasakan. Dalam arti, saat kita sedang jengkel, mungkin semua orang di dunia ini juga sedang jengkel wkwkw atauu saat kita jengkel, begitu juga orang lain rasakan saat kita yang menjengkelkan. Jadi, kita pun di saat tertentu bisa menjadi semenjengkelkan orang tersebut hahahaa which is pasti (bukan lagi possible). Jadi pemikirannya adalah kita tidak spesial dan bukan kita saja yang merasakan itu. Semua orang bisa merasakan kejengkelan dan kemarahan itu. Dan di saat tertentu bisa jadi kita lah pelakunya, yang membuat orang lain menjadi jengkel. Kesimpulannya juga sama sih dengan yang di atas, karena secara personal tidak ada yang berbeda baik dari kita maupun orang lain, jadinya fokus saja pada perasaan bukan pada orang atau kejadian-kejadian lain yang sesungguhnya tidaklah relevan dengan perasaan kita. 

So, jengkel marah or apapun itu sifatnya alamiah, selama hidup pasti pernah jengkel, pernah marah. Pernah juga pasti membuat orang jengkel, membuat orang marah. Tidak ada yang istimewa, itulah dinamika hidup, naik dan turun, senang dan susah, jengkel dan bahagia. Jika ada waktu dimana kita jengkel, tentu ada juga waktu dimana kita senang dan bahagia. Sealamiah dan sewajar itu.

Take home message: tidak apa-apa jengkel asal tidak merembet kemana-mana hahahaa. Perasaan adalah perasaan, hanya sekedar perasaan, dia bukan kita, bukan juga orang lain. Dia muncul, bertahan, dan berlalu. 

Demikian kira-kira ke-sotoy-an hari ini wkwkwk.

Seproduktif ini di bulan Agustus hahaha awal bulan udah ngepost, baguslah kemarin malas-malas soalnya wkwkwk

Sampai ketemu lagi di [tujuh puluh delapan],

Cheers,

Em 🙆